Situasi politik yang dihadapi Petahana Walikota Banjarbaru Aditya Mufti Ariffin yang kesulitan mendapatkan surat rekomendasi dari partai politik untuk maju kembali di pilkada tahun ini, dinilai pengamat politik Jajat Nurjaman, diduga disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Dikatakannya, faktor pertama petahana tidak lagi dipercaya parpol.
Menurut Jajat, situasi petahana yang tidak kunjung mendapat rekomendasi dari Parpol diduga akibat gagalnya petahana menunaikan komitmen politik antara dirinya dengan partai pengusung sebelumnya.
Dalam beberapa kasus, lanjut Jajat, sering ditemukan dimana larinya dukungan partai politik dari petahana disebabkan saat sudah terpilih kandidat yang diusung ingkar terhadap komitmen politik yang telah disepakati, sehingga parpol merasa kapok untuk memberikan dukungannya kembali.
Adapun faktor kedua, ujar Jajat, petahana gagal menjaga stabilitas politik selama menjabat.
Dipaparkannya, kepindahan partai dukungan dari petahana juga bisa disebabkan adanya pertimbangan munculnya kandidat yang lebih layak.
“Meskipun alasan ini umum terjadi, namun tidak sedikit munculnya kejadian ini juga datang akibat usulan dari konstituen parpol yang kecewa atas kepemimpinannya, salah atunya terkait tidak meratanya program yang dijalankan petahana dan hanya dapat dirasakan oleh sebagian pihak,” ungkapnya.
Adapun faktor terakhir, adanya kecemburuan dari Parpol pengusung, meskipun merupakan kader Parpol tertentu, namun tidak dapat dipungkiri kesuksesan petahana justru lahir dari koalisi partai politik.
“Perilaku petahana yang terlalu mengistimewakan partainya justru menjadi penyebab lahirnya kecemburuan dari partai lain yang turut mengusungnya sejak awal, hingga akhirnya partai lain memilih hengkang dan mengalihkan dukungannya kepada kandidat lain,” jelasnya.
“Praktiknya sebagai Petahana tidak serta merta secara mulus dapat dukungan Parpol, jika berkaca pada Pilkada kali ini tidak sedikit Petahana yang terancam tidak mendapatkan dukungan, seperti Isran Noor Gubernur Kaltim, termasuk Anies Baswedan, dan sebaliknya juga Petahana yang konsisten dan dinilai layak, serta mampu memimpin kembali akan didukung mayoritas partai politik, baik dari parpol pengusung sebelummnya maupun parpol yang baru bergabung seperti yang terjadi dalam pilgub Jatim dimana mayoritas parpol mendukung pasangan Khofifah-Emil Dardak,” tutup Jajat.