Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berpartisipasi dalam ajang Pemilu.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh KPU Sulteng, salah satunya dengan menggelar sosialiasi Pendidikan Pemilih.
Terbaru, KPU Sulteng mengadakan sosialisasi Pendidikan Pemilih dengan melibatkan komunitas dan pemuka agama, pada Selasa 30 Juli 2024 di Hotel Santika, Kota Palu.
Sosialiasi yang diikuti oleh puluhan perwakilan komunitas dan pemuka agama itu mengangkat tema “Peran Pemilih pada segmen Komunitas dan Keagamaan dalam Peningkatan Partisipasi pada Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional Tahun 2024”.
Dalam sambutannya membuka kegiatan, Ketua KPU Sulteng Risvirenol mengimbau kepada para peserta, agar informasi yang diperoleh selama mengikuti sosialisasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat, terkhusus pada anggota komunitasnya.
Menurutnya, para peserta yang hadir memiliki pengaruh pada kelompoknya masing-masing, sehingga informasi yang mereka bawa akan tersampaikan dan dipahami dengan baik.
Pihaknya berharap, setelah pelaksanaan sosialiasi itu, partisipasi pemilih dapat mengalami peningkatan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Usai sambutan Ketua KPU Sulteng, acara dilanjutkan dengan penjelasan terkait tahapan pemilihan Kepala Daerah 2024 oleh Cherly Trisna Ilya, selaku Kepala Bagian Teknis Penyelenggaraan Pemilu, Partisipasi dan Humas.
Hadir pula sebagai narasumber dalam sosialiasi itu Dr. Sahran Raden, memaparkan materi tentang “Keberagamaan dan Keragaman di Tengah Politik Electoral Pilkada Sulawesi Tengah Tahun 2024”.
Pada kesempatan itu, ia menyoroti tentang permasalahan toleransi terhadap keberagaman yang pada para pemilih.
Ia berharap, nilai toleransi di antara keberagaman masyarakat tidak melemah menuju pelaksanaan Pilkada 2024.
“Publik perlu mewaspadai potensi melemahnya nilai toleransi dan kebhinekaan selama proses politik electoral menuju Pemilu 2024,” harap mantan Komisioner KPU Sulteng itu.
“Perilaku intoleran yang kerap terjadi di tahun politik memberikan efek domino yang tidak hanya berdampak pada pelaksanaan pemilu yang dipenuhi kebencian dan permusuhan, melainkan juga melanggengkan permusuhan dan segregasi di masyarakat,” lanjutnya.
Olehnya, ia meminta para tokoh dari berbagai komunitas dan agama bisa bahu-membahu menjaga rasa toleransi, jangan sampai terpengaruh dengan isu-isu yang memicu perpecahan, sehingga berdampak pada jalannya proses demokrasi di daerah yang akan melaksanakan pemilihan khususnya Pilkada 2024 mendatang.